Tulisan Sebagai Kerja Peradaban

Menulis merupakan kelanjutan dari pembelajaran bahasa. Bahasa adalah salah satu unsur kebudayaan manusia yang terpenting. Dengan bahasa, sistem pengetahuan, sistem pencaharian, sistem teknologi, sistem organisasi masyarakat, kesenian, bahkan sistem kepercayaan dapat berkembang dalam suatu kebudayaan. Bahasa juga menjadi salah satu pembeda antara manusia, dengan makhluk lainnya. Hal inilah yang membuat manusia secara tidak langsung menjadi satu-satunya makhluk yang berbudaya.

Bahasa terbagi ke dalam dua bentuk, yaitu bahasa ujaran dan bahasa tulisan. Bahasa ujaran atau bahasa lisan menjadi definisi bahasa yang paling jamak ditemui oleh masyarakat. Ibn Jinni, salah seorang linguis Arab menuliskan definisi bahasa sebagai yaitu bunyi yang dijadikan perantara komunikasi satu individu dengan individu lainnya dalam satu perkumpulan sosial masyarakat untuk menyampaikan maksud dan tujuan mereka. Meskipun demikian, bahasa tulisan juga memegang posisi yang sangat penting.

Dalam banyak buku sejarah yang diajarkan di sekolah, disebutkan bahwa sejarah manusia dimulai tepat ketika mereka telah mengenal tulisan. Adapun zaman sebelum itu, di saat mereka telah berkomunikasi secara lisan, sejarah belum dimulai sehingga disebut pula dengan zaman pra-sejarah. Dengan bahasa tulisan, informasi yang disampaikan tidak terbatas pada komunikan yang berada di ruang dan waktu yang sama dengan komunikator. Dengan demikian, informasi yang berada di zaman tersebut dapat diketahui hingga hari ini.

Bahasa tulisan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan bahasa lisan. Kramsch menyebutkan bahwa sedikitnya ada 6 keunggulan bahasa tulis yang tidak dimiliki bahasa ujaran, yaitu; 1) Bahasa tulis bentuknya akan tetap dan tetap ada selama medium yang digunakan untuk menulis tidak hancur; 2) Bahasa tulis tidak berubah; 3) Bahasa tulis membutuhkan logika berpikir yang baik untuk mencerna maksud penutur yang tidak dapat dilihat mimik dan gesturnya; 4) Bahasa tulis hanya menggunakan elemen bahasa yang dibutuhkan dan menafikan banyaknya pengulangan; 5) Bahasa tulis lebih tertata dan terstruktur dalam tataran morfologis dan sintaksis: dan 6) Bahasa ujaran berorientasi pada pendengar (people-centered) dan bahasa tulis beorientasi pada topik (topic-centered).

Dalam pemerolehan dan penguasaan bahasa, membaca dan menulis adalah keterampilan yang memerlukan proses belajar secara intensif. Kedua keterampilan tersebut berbeda dengan keterampilan berbicara dan mendengar yang dapat dikuasai seseorang dalam sejak kecil dan belum merasakan bangku sekolah. Keempat keterampilan tersebut menunjukkan tingkatan logika berpikir seseorang. Namun, keterampilan membaca dan menulis memiliki tingkatan di atas keterampilan membaca dan mendengar. Hal ini dikarenakan saat seseorang membaca dan menulis, ia telah menggunakan logika berpikir yang satu level di atas kedua keterampilan lainnya.

Oleh karena itu, ketika suatu kebudayaan telah mengenal budaya membaca dan menulis, maka mereka tidak lagi menjadi kebudayaan yang primitif dan terbelakang. Perkembangan pemikiran, ilmu pengetahuan, teknologi, organisasi masyarakat, serta kesenian mereka semakin mengalami kemajuan dan kejayaan. Kemajuan yang mereka raih semakin meneguhkan perbedaan yang signifikan antara mereka dengan kebudayaan yang buta huruf yang statis dan jalan di tempat. Karenanya, tidak mengherankan bila peradaban besar dunia banyak didukung dengan kegiatan membaca dan tulis menulis.

Peradaban Babilonia, Romawi, dan Persia adalah imperium-imperium besar yang tercatat oleh sejarah. Mereka terkenal dengan wilayah kekuasaan yang luas, bangunan-bangunan yang megah, dan kekuatan militer yang diakui dunia. Kala itu, seluruh penjuru dunia mengakui kehebatan peradaban-peradaban tersebut. Namun, mereka tidak terlalu mementingkan perkembangan ilmu pengetahuan dan budaya tulis menulis. Walhasil, saat ini, bangunan-bangunan megah yang menjadi kebanggaan peradaban tersebut telah menjadi reruntuhan dan tidak lagi menampakkan kejayaan peradaban tersebut.

Hal berbeda dapat terlihat dari peradaban lainnya yang memajukan ilmu pengetahuan dan mewariskan karya tulis. Salah satunya adalah peradaban Yunani. Peradaban ini mewariskan banyak perkembangan ilmu pengetahuan dan karya tulis. Hingga saat ini, karya tulis tersebut selalu menjadi rujukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Meski telah melintasi banyak generasi dan peradaban, tokoh-tokoh dari zaman Yunani selalu muncul dalam pembicaraan terkait filsafat dan ilmu lainnya.

Keilmuan yang berkembang di era Yunani dilanjutkan oleh Peradaban Islam. Peradaban ini juga memberikan perhatian yang banyak kepada pengembangan ilmu pengetahuan dan juga mewariskan karya tulis. Peradaban ini muncul di jazirah Arab yang memiliki perhatian dan budaya literasi yang kuat melalui sya’ir-sya’ir dan nadzm yang mereka ciptakan. Sebelum masa kedatangan Islam, masyarakat Arab melestarikan budaya menulis dan membaca sya’ir antara kabilah dan suku di pasar-pasar budaya seperti Pasar Ukaz dan Dzul Majaz.

Setelah Islam datang, budaya membaca dan menulis sya’ir diarahkan kepada pengembangan ilmu pengetahuan. Kegiatan tulis menulis telah muncul sejak periode awal kedatangan Islam. Berbagai karya tulis dari peradaban Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Selain gerakan penerjemahan, ilmu pengetahuan tersebut dikembangkan lebih lanjut oleh para ilmuwan muslim. Hasilnya, peradaban ini memberikan sumbangsih yang tak terkira bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Berbagai perpustakaan megah didirikan dengan koleksi buku yang berjumlah besar. Bait al-Hikmah di Baghdad, Darul Hikmah di Kairo, serta Perpustakaan Cordoba di Andalusia (Spanyol) adalah contohnya. Selain perpustakaan tersebut, Universitas al-Azhar di Kairo juga merupakan bukti nyata pengembangan ilmu pengetahuan dalam bentuk perguruan tinggi yang masih eksis hingga hari ini. 

Tidak hanya terbatas pada ilmu pengetahuan umum, melainkan juga meliputi pengembangan ilmu pengetahuan agama Islam. Sebagai agama yang berkembang pertama kali di Arab, Islam memberikan banyak perkembangan ilmu pengetahuan bahkan melahirkan banyak disiplin ilmu baru seperti ilmu Nahwu (sintaksis), Sharf (morfologi), Balaghah (stilistika), Sastra, Fiqh, Ushul Fiqh, Tafsir, dan lain sebagainya. Terlebih, pada saat itu tidak ada dikotomi antara ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum. Karenanya, tidak mengherankan bila banyak ilmuwan muslim yang ahli tafsir, fiqh, dan bahasa Arab yang juga ahli di bidang filsafat, matematika, fisika, biologi, kedokteran bahkan astronomi.

Kemajuan ilmu pengetahuan tersebut melahirkan banyak karya tulis yang diwariskan kepada generasi-generasi penerusnya. Semenjak lahirnya Islam, setidaknya mereka menjelma menjadi sebuah peradaban yang maju selama 6 abad. Hal ini ditunjang dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perhatian yang besar terhadap karya tulis para ilmuwan dan ulamanya. Karya-karya inilah yang ikut membentuk suatu peradaban yang tangguh, maju, dan modern yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam.

 Karya tulis tersebut pula yang menjadi media dalam transmisi ilmu pengetahuan ke Peradaban Eropa di saat peradaban tersebut masih dalam masa kegelapan dan keterbelakangan. Setelah peradaban Eropa mengenal ilmu pengetahuan yang didapat dari peradaban Islam, mereka mulai memasuki masa pencerahan (Rennaisance) dan dilanjutkan oleh revolusi industri. Meski demikian, nama-nama tokoh yang melahirkan karya-karya tulis terkenal tidak pernah lekang oleh waktu, baik tokoh ilmuwan muslim maupun tokoh filsuf Yunani. Sebagaimana disebutkan di atas, bahasa tulisan memiliki kelebihan yaitu dapat bertahan dalam waktu yang lama selama media tempat penulisannya tidak hancur. Pada masa peradaban Islam, kemajuan ilmu pengetahuan juga membuat mereka menggunakan kertas dan papyrus setelah sebelumnya hanya menggunakan pelepah kurma dan kulit binatang untuk menyimpan ide-ide mereka dalam bentuk tulisan.  

Manusia merupakan makhluk Allah yang dikarunia oleh akal. Karunia tersebutlah yang membedakannya dari seluruh makhluk Allah. Dari akal tersebut muncullah ide-ide yang mampu memudahkan hidup manusia dan membantu hidup manusia di sekitarnya. Namun, seringkali ide-ide tersebut hanya berhenti di lisan. Saat seseorang mengkomunikasikan idenya dalam bentuk lisan, ide tersebut hanya tersebar kepada beberapa orang yang mendengarnya. Bila pemilik ide dan pendengarnya telah wafat atau lupa, maka ide tersebut juga terkubur bersama mereka atau menguap bersama waktu.

Oleh karena itu, menulis adalah usaha mengkomunikasikannya kepada khalayak luas. Sekecil apapun ide tersebut adalah sebuah karunia yang dianugerahkan Allah kepada manusia melalui akal. Dengan mengkomunikasikannya, orang-orang yang seide akan saling terhubung dan bekerja bersama untuk mewujudkan ide tersebut. Ide inilah yang menjadi bahan bakar kebudayaan dan peradaban. Tanpa kemampuan untuk menerjemahkan ide-ide tersebut menjadi tulisan dan kemudian menjadi aksi, suatu kebudayaan tak ubahnya menjadi kebudayaan yang tertinggal.

Seorang guru selalu menekankan bahwa menuntut ilmu tidak hanya berhenti pada membaca dan menghafal. Menuntut ilmu juga meliputi kegiatan menulis serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Karenanya, membaca, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan menuliskannya merupakan kerja-kerja peradaban yang menghasilkan kemajuan suatu peradaban manusia. Bangunan megah memang menjadi ciri khas kebudayaan yang dibanggakan. Namun, kemegahannya hanya berhenti di satu tempat dan bertahan di satu masa. Hal tersebut berbeda dengan hasil peradaban yang berupa karya tulis dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan. ‘Kemegahan’ hasil peradaban tersebut akan kekal melintasi ruang dan waktu dan menemui ide-ide serupa dari berbagai individu.

Scroll to Top