Seluruh dosen, tenaga kependidikan, dan staf di Universitas Darussalam Gontor (UNIDA Gontor) adalah kawan seperjuangan. Seluruhnya berkolaborasi untuk membuat mahasiswa-mahasiswa menjadi pejuang-pejuang masa depan. Hal ini penting untuk diingat dan diulang-ulang agar selalu sadar bahwa UNIDA Gontor dan Pondok Modern Darussalam Gontor secara keseluruhan adalah lapangan perjuangan dan bukan lapangan untuk mencari penghidupan.
Pekan perkenalan di Pondok Modern Darussalam Gontor merupakan salah satu event penting untuk berbagi rasa antar seluruh keluarga universitas. Dalam acara ini, Pondok dan Universitas memperkenalkan apa yang akan dituju, apa yang akan dihadapi, dan apa yang akan dilakukan selama satu tahun ke depan. Semua hal tersebut akan disepakati bersama oleh seluruh sivitas akademika di Universitas Darussalam Gontor. Dengan demikian, diharapkan seluruh sivitas akademika mampu bahu membahu dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita Pondok dan Universitas.
Meskipun disebut “pekan”, sejatinya pekan perkenalan di Pondok dan Universitas ini tidak cukup hanya satu pekan. Berbagai kegiatan telah dirancang dari awal tahun ajaran untuk memperkenalkan seluruh kegiatan di Universitas ini. Dalam event ini, perlu ada kesepakatan antara pondok dan seluruh sivitas akademika untuk berjalan bersama untuk mencapai tujuan bersama. Kesepakatan ini terkait komitmen untuk taat dan patuh terhadap seluruh peraturan, adat, dan nilai-nilai yang berlaku di pondok dan universitas ini.
Komitmen ini tidak hanya bagi seluruh sivitas akademika baru, tapi juga seluruh sivitas akademika yang lama. Oleh karena itu, pekan perkenalan ini disebut juga sebagai “perpeloncoan” atau sebuah media untuk memasang niat serta memperbaharui niat seluruh sivitas akademika untuk mencapai tujuan bersama. Sivitas akademika ini tidak hanya terbatas pada mahasiswa, namun juga meliputi seluruh dosen dan tenaga kependidikan, bahkan para karyawan dan seluruh pihak yang ada di kampus ini. Komitmen bersama ini adalah dalam hal membantu mahasiswa untuk mendapatkan hak mereka sebagai mahasiswa dan penuntu ilmu, dalam hal mewujudkan cita-cita Trimurti menciptakan universitas Islam yang bermutu dan berarti, serta komitmen untuk menjadi suri tauladan bagi rekan, mahasiswa, dan masyarakat.
UNIDA Gontor adalah salah satu bagian yang tidak boleh terpisahkan dari Pondok Modern Darussalam Gontor. Karena menjadi bagian yang tidak terpisahkan, maka keduanya memiliki nilai-nilai yang sama. Seluruh jiwa dan nilai yang ada di Pondok harus berjalan juga di UNIDA Gontor. Nilai-nilai yang diamalkan tidak boleh berbeda antar sivitas akademika, baik dari berbagai kampus, berbagai prodi, bahkan antara mahasiswa-dosen. Seluruhnya memiliki nilai kesantrian yang sama.
Salah satu nasehat pendiri Pondok adalah “jangan bosan jadi orang baik, jangan bosan jadi santri, dan jangan bosan jadi pejuang”. Dari nasehat tersebut disimpulkan bahwa sampai menjadi alumni pun, seorang santri tetap santri dan mereka harus tetap berjiwa pejuang, di mana pun lapangan perjuangan yang ditempuh. Identitas santri tidak serta merta hilang setelah seseorang lulus KMI atau lulus UNIDA Gontor.
Kehidupan yang berjalan di universitas ini tidak hanya terbatas pada landasan teori ilmu pengetahuan dan berbagai teori pendidikan. Jauh dari pada itu, berbagai nilai dan jiwa yang berjalan, dapat disebutkan sebagai sesuatu yang terilhamkan atau merupakan perpaduan antara hal-hal yang filosofi dan hikmatis. Seorang bijak berkata bahwa Pondok ini dan Pendiri Pondok memang sudah dipilih oleh Allah SWT untuk menjadi solusi bagi perjuangan pendidikan umat Islam.
Oleh karena pondok ini menjadi diharapkan menjadi solusi pendidikan umat Islam, maka universitas ini harus tetap menjaga nilai-nilai pesantren. Ilmu pengetahuan dan metode pembelajaran dapat diambil dari berbagai sumber. Setelah itu, semua hal tersebut perlu disesuaikan dengan jiwa pesantren. Dalam salah nasehat adalah “bukan pesantren yang di-Gadjah Mada-kan, tapi Gadjah Mada yang dipesantrenkan”. Hal ini menunjukkan bahwa identitas pesantren tidak boleh terlepas dari identitas perguruan tinggi ini.
Salah satu identitas perguruan tinggi pesantren bukanlah sekedar ilmu pengetahuan dan kecerdasan intelektual saja. Semua itu hanyalah pelengkap bagi alumni pondok dan universitas pesantren ini. Hal terpenting dalam pendidikan di sini adalah pendidikan karakter, mental, dan akhlaq. Bila akhlaq seorang alumni nol, maka semua ilmu pengetahuan dan kecerdasan intelektualnya tidak akan bermanfaat dan berguna di masyarakat. Ijazahnya tidak berharga sama sekali, karena sejatinya ijazah yang sebenarnya adalah pengakuan atas kebermanfaatan di mata masyarakat dengan karakter dan mental yang telah dibekalkan selama di pondok.
Semua nilai di atas dilandasi dengan ayat suci al-Qur’an. Dalam surah al-Baqarah ayat 151, Allah SWT berfirman:
كَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْكُمْ رَسُوْلًا مِّنْكُمْ يَتْلُوْا عَلَيْكُمْ اٰيٰتِنَا وَيُزَكِّيْكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَّا لَمْ تَكُوْنُوْا تَعْلَمُوْنَۗ
Di dalam ayat tersebut, tugas utama seorang Rasul adalah membacakan ayat-ayat Allah dan menyucikan mereka (يزكيكم). Kedua tugas ini lebih utama sebelum tugas mengajarkan kitab dan hikmah (يعلمكم الكتاب والحكمة). Tugas inilah yang menjadi perhatian utama Pondok Modern Darussalam Gontor sekaligus Universitas Darussalam Gontor. Mendidik mental dan jiwa santri dan mahasiswa selalu didahulukan sebelum mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan lainnya. Dalam bahasa lain, di pondok ini, pendidikan akan selalu dikedepankan daripada pengajaran ilmu pengetahuan.
Metode pendidikan ini adalah dalam rangka memperoleh keberkahan dari Allah SWT. Sebagaimana janji Allah dalam surah al-A’raf ayat 96, keimanan dan ketaqwaan adalah syarat dicurahkannya keberkahan kepada suatu kaum. Keimanan dan ketaqwaan tidak cukup untuk didapatkan dengan ilmu pengetahuan dan berbagai metodologi penelitian. Perlu ada proses penyucian jiwa, mental, dan karakter untuk memperoleh derajat keimanan dan ketaqwaan. Bila keimanan dan ketaqwaan telah menjadi landasan dalam pengajaran dan pembelajaran ilmu pengetahuan, maka berbagai pekerjaan yang kita lakukan, baik perbuatan, perkataan, dan tulisan, akan selalu disertai dan diridhoi oleh Allah sebagaiman disebutkan dalam Surah al-Anfal ayat 17.
Metode pendidikan tersebut menyiratkan adanya integrasi antara dua hal, yaitu unsur hikmatis (hikmatical solution) dan unsur filosofis (philosophical effort). Unsur filosofi adalah seluruh usaha sesuai dengan ilmu pengetahuan yang berlaku dan bersifat fisik. Adapun unsur hikmatis adalah usaha yang membersamai usaha yang pertama, bersifat non-fisik (atau bahkan metafisik), dan biasanya sulit dijelaskan dengan akal manusia. Dalam bahasa sufi, unsur hikmatis inilah yang disebut dengan keberkahan. Dalam sejarah perjalanan pondok ini, unsur hikmatis menjadi faktor paling dominan dalam pencapaiannya. Secara akal sehat, seluruh usaha filosofis yang telah dilakukan belum mampu untuk memberikan pencapaian yang diinginkan. Namun, dengan faktor hikmatis, semua tujuan tersebut menjadi mungkin untuk tercapai.
Oleh karena itu, posisi pendidikan jiwa, mental, dan karakter ini sangat sentral dan tidak dapat dinomorduakan. Meskipun saat ini pendidikan tinggi dihadapkan pada model penilaian dan pengawasan dari pemerintah dalam bentuk akreditasi, tidak serta merta membuat pondok dan universitas ini kehilangan arah dan identitas aslinya. Mau bagaimanapun, akreditasi nilai-nilai pesantren (jiwa, mental, dan karakter pesantren) selalu menjadi nomor 1 dan didahulukan daripada akreditasi akademik. Bahkan jangan sampai terjadi sebaliknya, yaitu nilai-nilai pesantren ditinggalkan demi mencapai akreditasi akademik yang unggul. Sebagaimana disebutkan di atas, ijazah dan akreditasi seorang alumni bukan hanya secarik kertas, namun bagaimana nilai kebermanfaatannya bagi masyarakat dan umat di sekitarnya. Khairu an-nas ahsanuhum khuluqan wa anfa’uhum li an-nas.
Gontor, 1 Dzulhijjah 1442
*) Disampaikan oleh KH. Dr. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, M.A. dengan beberapa penyesuaian redaksi