Ziggy to Zagga

Beberapa
hari belakangan ini sedang viral di tengah-tengah kami tentang cover video klip
‘Ziggy Zagga’. Lagu yang awalnya dirilis oleh Gen Halilintar ini banyak dicover
ulang oleh beberapa mahasiswa kami. Pertama adalah cover yang dibuat oleh akun Ajis
Tujis sekitar 1 bulan lalu. Video yang telah ditonton 2,3 juta kali tersebut
juga mendadak viral di kalangan dosen dan mahasiswa. Karena video tersebut
pula, akun Ajis Tujis dibanjiri banyak subscriber baru.
Yang
terbaru adalah cover video klip serupa yang diunggah oleh akun resmi Gontor TV
Magelang. Video yang diunggah 3 hari lalu dan berjudul “Ziggy Zagga Versi
Santri” ini telah ditonton lebih dari 1 juta kali dan masuk ke trending 9
YouTube. Video ini juga viral di berbagai grup WhatsApp, Facebook, dan
Instagram. Bahkan, beberapa kanal berita online juga ikut menyoroti fenomena video
klip ini.

Hampir
semua pihak mendukung pembuatan video ini. Mereka banyak yang memberikan komentar
positif dan menyambut baik video tersebut. Dengan dalih kreativitas, mereka
menganggap bahwa sudah waktunya santri unjuk diri di dunia maya dan
menyampaikan berbagai pesan positif. Lirik Ziggy Zagga di dalam video klip ini
juga mengalami banyak perubahan. Dari judul saja, Ziggy Zagga diplesetkan
menjadi Dzikir Zakat. Selain itu, banyak pesan positif lain berkaitan dengan
sholat, puasa, dan ibadah lainnya.
Mungkin
mayoritas penonton, khususnya alumni akan memberikan respon positif terhadap
hasil kerja tersebut. Tapi tidak untuk saya. Saya memang mengakui bahwa video
tersebut memiliki pesan yang baik, universal, didukung dengan koreografi yang
apik, dan cinematografi yang mumpuni. Namun, ada beberapa hal lain yang saya
soroti dan menjadi catatan mengapa saya kurang (bahkan tidak) setuju dengan
dirilisnya video tersebut.
Alasan
pertama adalah waktu. Hari-hari ini adalah hari-hari ujian santri di seluruh
Pondok Pusat beserta cabang-cabangnya. Entah syuting dilakukan pada hari-hari
ini atau dari jauh-jauh hari. Namun, dengan diunggahnya pada hari ujian, tetap
saja memberikan sebuah kesan kurang baik.
Masa-masa
ujian di Pondok adalah masa-masa sakral. Bukan hanya santri dari kelas 1-5 yang
berperan sebagai peserta ujian saja yang merasakan atmosfer ujian. Semua pihak
dari guru, kelas 6, penguji, pembimbing, pengawas, penjaga gerbang, penjaga
asrama, bahkan pekerja dan karyawan semuanya dikondisikan untuk mendukung
terciptanya atmosfer ujian yang sehat.
Kantin,
Koperasi, Dapur, hingga bagian Tata Usaha (administrasi) memiliki jam buka yang
lebih lama dari hari biasa. Semua pihak yang tidak menjadi penguji atau pengawas
tetap wajib menggunakan seragam resmi, yaitu berdasi dan berjas almamater. Berbagai
kegiatan santri dan guru juga dikurangi demi mendukung suksesnya penyelenggaraan
ujian.
Bahkan,
di tempat kami dahulu, di Cabang Kediri, terdapat peraturan lebih ketat. Semua
guru dan kelas 6 dilarang berolahraga di dalam kampus. Jika ingin berolahraga,
kami harus menggunakan lapangan di sisi luar kampus. Pernah salah seorang Dewan
Mahasiswa mengajukan proposal penyelenggaraan Kompetisi Futsal antar Angkatan. Mengetahui
bahwa jadwalnya tepat di waktu ujian, alih-alih mendapatkan izin, justru pengurus
Dewan Mahasiswa tersebut yang dimarahi. Ia dianggap tidak paham kepentingan pondok
dan suasana ujian di Pondok.
Demikian
sakralnya masa-masa ujian di Pondok justru hari ini seperti kehilangan martabatnya.
Alih-alih menyukseskan ujian dan membimbing (atau bahkan mendo’akan) santrinya
yang sedang menghadapi ujian, para mahasiswa guru tersebut justru sibuk syuting
video klip yang tidak ada hubungannya dengan alam pendidikan Pondok, dan khususnya
di masa-masa ujian ini.
Alasan
kedua adalah faktor para pemeran yang seluruhnya adalah mahasiswa guru. Wakil
direktur KMI kami yang dahulu selalu mengulang-ulang di tiap kumpul wajib guru
bahwa “Guru itu artinya digugu lan ditiru” (orang yang dipercaya dan diikuti).
Oleh karenanya, semua perkataan, cara berpakaian, perbuatan, hingga cara
berjalan kami harus bisa dijadikan teladan oleh semua santri.
Dalam
video tersebut, para mahasiswa yang menjadi model adalah guru juga. Alih-alih
mereka melakukan tugas utama mereka sebagai guru yaitu mengajar, membantu
pondok, dan belajar (kuliah), mereka justru menyibukkan diri untuk hal lain. Katakanlah
ini sebagai media dakwah atau apalah. Namun, di video tersebut, berbagai
tingkah laku, gerakan, gaya rambut, hingga cara berpakaian mereka tak ubahnya
mereka yang tidak menyandang alumni Pondok dan berprofesi sebagai pengajar atau
guru. Keren, namun tidak sesuai dengan alam pendidikan di sini.
Alih-alih
mereka memberikan bimbingan lebih intensif kepada para santri di masa ujian, mereka
justru menyibukkan diri dengan kegiatan baru. Dalam beberapa scene tampak pula
para santri yang sedang belajar mempersiapkan ujian mereka. Entah apa yang ada
di pikiran mereka saat melihat para guru-gurunya lebih memilih mengikuti tren
masa kini dan membuat video klip daripada mengurus mereka dan membantu Pondok
menegakkan disiplin ujian.
Dengan
diunggahnya video tersebut ke YouTube, secara tidak langsung mereka melegalkan
semua perbuatan mereka yang kurang menjadi teladan tersebut ditonton oleh masyarakat,
termasuk para wali santri dan santri yang mereka bimbing. Jejak digital cukup
kejam. Bila saatnya mereka ingin menghapusnya dari akun YouTube, sudah banyak
akun lain yang mendownload dan mereuploadnya. Walhasil, semua tingkah laku
tersebut susah dihilangkan dari ingatan para masyarakat.
Alasan
ketiga adalah konten dan efek menjadi YouTubers. Memang sudah banyak video klip
yang dibuat pihak Pondok dan diunggah ke YouTube. Namun, berbagai video
tersebut berisikan pelajaran, kegiatan pondok, dan berita tentang Pondok. Selain
itu, ada beberapa video klip lagu original dan nasyid yang diunggah tiap
tahunnya. Semua itu sudah menjadi media dakwah dan syi’ar Pondok kepada pihak
luar. Pada kasus video ini, konten yang dibawakan adalah cover lagu yang kurang
berisi nilai-nilai Pondok. Dari segi lirik memang memberikan banyak pesan
positif. Namun, dari segi background kegiatan, gaya bernyanyi, dan cara
berakting semuanya meniru gaya mereka yang tidak pernah belajar di Pondok.
Di
samping semua yang sudah saya sampaikan, ada satu hal yang lebih penting, yaitu
efek saat telah menjadi YouTubers. Dengan video yang viral kemana-mana dan ditonton
lebih dari 1 juta kali serta menjadi trending no 9 di YouTube, akan timbul rasa
bangga dalam diri mereka semua. Sebuah rasa yang positif saya rasa. Namun, efek
sampingnya, ke depannya mereka akan banyak merilis video-video serupa atau
minimal memiliki semangat untuk membuat video klip lagi. Terlebih saat ada
beberapa video klip atau challenge yang sedang viral. Mereka akan sibuk
memikirkan konsep video, liriknya, tempat syuting, model klip, syuting , dan
editing. Semua kesibukan tersebut akan semakin membebani tugas mengajar, belajar,
dan membantu pondok yang memang sudah banyak. Opsi terburuk, mereka tidak dapat
seimbang dalam berbagai tugas tersebut dan mulai banyak menyita berbagai tugas
wajib mereka selaku mahasiswa guru.
Mahasiswa
guru yang dahulu disibukkan dengan membuat persiapan mengajar, membimbing
belajar di pagi dan malam hari, menerima setoran hafalan, membangunkan
santri-santri yang tertidur ketika belajar, membantu menjelaskan pelajaran yang
tidak dimengerti para santri, menjaga kantin, toko, dan unit usaha pondok, dan
kuliah saat ini akan memiliki kesibukan lain. Bisa jadi (ini khayalan radikal
saya) mereka akan mulai mengurangi semua kegiatan di atas demi membuat video
klip dan memperoleh viewers dan subscribers lebih banyak lagi. Dengan
dalih syi’ar Pondok, mereka justru lupa dengan kewajiban mereka di dalam Pondok
sendiri.
Yah,
ini hanya pikiran-pikiran skeptis nan kolot saya pribadi. Tanpa tendensi apapun
dan intervensi dari pihak manapun. Ini hanya catatan kakak kelas yang pernah
menjadi seperti mereka, mahasiswa guru. Entah saya yang memang tidak up to date
atau memang mereka yang terlalu cepat mengikuti perkembangan zaman tanpa
memikirkan efek samping dari pembuatan video klip. Bagaimana pun, mereka (biasanya)
tetap akan melakukan apa yang bagi mereka mengasyikkan atau bahkan menghasilkan,
tak peduli banyak kritikan yang datang. Toh, pembaca tulisan ini tidak
akan sebanyak subscribers dan viewers video tersebut.

Kampung
(yang masih) Damai, Rajab 30, 1440.

2 thoughts on “Ziggy to Zagga”

  1. kelinci99
    Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
    HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
    NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
    Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
    Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
    segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
    yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
    yukk daftar di http://www.kelinci99.casino

  2. "Agen poker terbesar dan terpercaya ARENADOMINO.
    minimal depo dan wd cuma 20 ribu
    dengan 1 userid sudah bisa bermain 9 games
    ayo mampir kemari ke Website Kami ya http://www.arenadomino.com

    Wa :+855964967353
    Line : arena_01
    WeChat : arenadomino
    Yahoo! : arenadomino"

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top