Kebaikan Hati Nobita

Setelah
melewati hari-hari sibuk di kantor, tiba saatnya liburan. Meskipun kali ini
liburan terasa berbeda dengan adanya pandemic COVID-19 di seluruh dunia.
Liburan yang tadinya dinantikan kedatangannya, justru saat ini saat seluruh
kegiatan diliburkan dan dikerjakan dari rumah, mulai banyak yang merasa bosan
dengan liburan panjang ini dan merindukan aktivitasnya di luar rumah. Terlebih liburan
panjang kali ini belum dapat dipastikan kapan berakhir.

Seperti
biasa, liburan kali ini saya habiskan di rumah saja. Selain itu, dari saya
masih SD sampai hari ini, liburan tidak lepas dari film Doraemon yang
ditayangkan di televisi. Serial kartun yang menceritakan robot kucing dari abad
22 dan teman-temannya itu selalu setia menemani hari-hari liburan anak-anak
Indonesia. Meskipun serialnya sering diulang-ulang, namun tetap menarik untuk
disaksikan di tengah keringnya tayangan untuk anak di televisi.

Berbicara
tentang Doraemon tidak akan terlepas dari kawan akrabnya, yaitu Nobita. Anak kelas
5 SD ini terkenal memiliki sifat pemalas dan ceroboh. Ia juga seringkali
mendapatkan nilai buruk dalam ujian begitupula dalam kemahiran berolahraga. Pendek
kata, ia tidak memiliki sifat yang dapat dibanggakan dalam berbagai hal. Hal ini
pulalah yang membuat Sewashi, cucunya dari masa depan, mengirimkan robot kucing
dengan kantong ajaib untuk membantu Nobita dalam melewati hari-harinya. Menurut
Sewashi, pola hidup Nobita inilah yang membuat keturunannya mendapatkan banyak
kesulitan dan terlilit masalah finansial di kemudian hari.

Jika
kita mengetikkan keyword ‘sifat Nobita’ di mesin pencari Google, kita akan
mendapati hasilnya adalah penakut, suka mengeluh, tidak mandiri, naif, ramah,
dan jujur. Sifat buruknya lebih mendominasi. Terlebih bila kita sering menonton
serialnya, kita akan menemukan bahwa Nobita adalah pemalas dan bermental instan
dalam segala sesuatu karena adanya Doraemon. Namun, ia seringkali ceroboh dalam
menggunakan alat Doraemon sehingga berakhir berantakan. Karena itu pula ia
sering menjadi korban perundungan (bullying) dari Giant dan Suneo.

Namun,
di balik seluruh sifat buruk Nobita tersebut, sejatinya ada banyak sifat baik
yang dapat kita teladani. Setiap Senin-Jum’at, di salah satu stasiun televisi
swasta ditayangkan kisah Doraemon dan Nobita The Movie, yaitu film dalam durasi
panjang dan tidak sependek serial-serialnya. Mungkin salah satu serial the
movie yang terkenal adalah ‘Stand By Me’ yang tayang pada 2014. Selain itu ada
banyak serial the movie lainnya, seperti Doraemon: Nobita di Kerajaan Awan
(1992), Doraemon: Nobita di Negeri 1001 Malam (1991), Doraemon: Nobita dalam
Perang Luar Angkasa (1985), Doraemon: Nobita di Dunia Setan (1984), Doraemon:
Nobita dan Labirin Kaleng (1993), dan Doraemon: Nobita dan Legenda Raja Matahari
(2000). Dengan durasi 1 jam lebih, film-film ini menampilkan kisah-kisah petualangan
Nobita dan kawan-kawannya di berbagai tempat.




Dalam
berbagai film tersebut, sifat asli Nobita Nampak di berbagai kesempatan. Di antara
sifat baiknya adalah ramah, penyayang kepada sesama makhluk, jujur, setia
kawan, dan gemar menolong. Bagaimanapun sulit petualangan yang mereka hadapi,
Nobita tidak pernah menyerah untuk menolong kawan-kawannya, bahkan kawan-kawan
yang baru ditemuinya sekalipun dalam petualangan tersebut. Ia tak segan-segan
melompat ke laut meski tidak bisa berenang, melompat ke jurang, dan melakukan
hal-hal luar biasa lainnya untuk membantu kawan-kawannya.

Meskipun
ia tidak bisa berbuat banyak, namun ia sering memotivasi kawan-kawan yang baru
ditemuinya untuk berbuat baik. Salah satu film yang paling saya sukai adalah Doraemon:
Nobita dan Legenda Raja Matahari (2000). Film ini rilis pertama kali ketika
saya masih duduk di bangku sekolah dasar dan hingga hari ini saya selalu
antusias dalam menonton film ini. Dalam salah satu adegan, Nobita bertukar posisi
dengan Pangeran Tio, pangeran dari Kerajaan Maya yang memiliki wajah yang mirip
dengannya. Para rakyat dan anak-anak di negeri tersebut merasa sangat bahagia
melihat karakter Nobita yang lemah lembut dan ramah dan berkebalikan dengan
karakter Pangeran Tio yang keras dan kasar. Hal inilah yang membuat para
rakyatnya merasa ada berbeda saat Pangeran Tio kembali berkuasa.

Nobita
juga mengajukan diri untuk membantu Pangeran Tio dalam pertandingan sepak bola
melawan dua orang pengawalnya yang berkhianat. Meski ia tak pandai bermain
bola, ia mampu membantu Pangeran Tio memenangkan pertandingan tersebut. Setelah
menang, alih-alih memberikan hukuman kepada kedua pengawal tersebut, Nobita
justru meminta Pangeran Tio untuk memaafkan mereka berdua. Sebuah permintaan
yang aneh mengingat pertandingan tersebut adalah pertandingan hidup dan mati terhadap
siapa saja yang kalah.
Ia
juga cepat akrab dengan hewan-hewan lainnya. Dalam Nobita di dunia Dinosaurus
misalnya, ia menjadi sangat akrab dengan salah satu Dinosaurus, atau dengan
hewan peliharaan milik pengawal Pangeran Tio dalam Legenda Raja Matahari. Hal ini
seringkali membantu mereka dalam melewati berbagai rintangan. Namun tak jarang
pula, semua pertemuannya dengan kawan-kawan barunya tersebut harus diakhiri
dengan air mata karena perpisahan mereka. Betapa pertemuan singkat mereka
dengan Nobita meninggalkan arti yang sangat mendalam.


Salah
satu hal penting yang saya garis bawahi adalah kebaikan hati Nobita sangat
terasa dalam berbagai kisah petualangannya. Meski ia dikaruniai kemampuan
intelektual dan fisik yang kurang, namun hal tersebut tidak menghalanginya
untuk selalu berpikiran positif dan berbuat baik. Hal ini mengingatkan saya
dengan kisah yang diceritakan oleh Prof. Imam Suprayogo, ketika beliau membuat
perjanjian dengan seorang yang tidak waras (orang gila) untuk memberikan 5 ribu
rupiah kepadanya dengan syarat membersihkan sampah di sekitar komplek kampus.
Suatu ketika, beliau memberikan uang 10 ribu rupiah kepada orang gila tersebut.
Orang gila tersebut justru menolak dengan alasan bahwa ini tidak sesuai dengan
perjanjian awalnya. Ia hanya menerima jika diberi 5 ribu rupiah, tidak kurang
dan tidak lebih. Hal ini menunjukkan bahwa orang gila justru seringkali ‘lebih
waras’ daripada mereka yang baik secara intelektual.

Inilah
yang menjadi PR pendidikan kita hari ini. Semakin tinggi jenjang pendidikan
seseorang tidak serta merta membuat hatinya semakin lembut dan akhlaknya
semakin baik. Terlebih bila pendidikan formalnya hanya berhenti sebatas membuat
dirinya lulus dengan berbagai cara. Kejujurannya semakin terkikis seiring
dengan tingginya pendidikan intelektualnya. Mereka yang terlampau pintar juga
seringkali bersikap egois. Mereka merasa pendapat mereka yang paling benar dan
tidak mau mendengarkan (apalagi menghargai) pendapat orang lain. Pendidikan yang
tinggi juga tidak menjamin seseorang tidak akan berbuat curang dan jahat.
Bahkan mereka yang berpendidikan tinggi justru seringkali terlibat dalam
kejahatan yang berskala besar dibandingkan mereka yang berpendidikan rendah. Bila
mereka yang lulusan SD hanya mampu mencuri dan melakukan begal dengan
keuntungan kecil, mereka yang lulusan S2 atau S3 mampu melakukan korupsi dengan
hasil miliaran bahkan triliunan rupiah.

Bila
kita seringkali memberikan stigma negatif kepada Nobita sebagai murid kelas 5 SD
dan anakn berumur 10 tahun yang pemalas, kita seharusnya malu. Dibalik kelemahannya,
ia memiliki hati yang baik dan jiwa sosial yang tinggi. Ia memang tidak sepandai
Dekisugi, sekuat Giant, dan sekaya Suneo, namun ialah yang dipilih Shizuka untuk
menjadi pasangan hidupnya ketika dewasa kelak. Nobita selalu memiliki semboyan “Kalau
semua bahagia itu sudah cukup membuatku senang” yang menunjukkan bagaimana perhatiannya
terhadap orang-orang di sekitarnya.

Ilmu
yang banyak, titel yang tinggi, bahkan umur yang tua tidak serta merta membuat
akhlak seseorang menjadi baik dan hatinya menjadi lemah lembut. Seringkali kepandaian
tersebut membuat akalnya menguasai hatinya. Tak ayal, ungkapan ‘Adab memiliki
posisi di atas ilmu’ hanya sekedar ungkapan tanpa makna. Dalam salah satu
komiknya, Doraemon pernah memberikan nasehat, “Lebih baik menjadi orang bodoh
dan tidak mengerti apa-apa, daripada menjadi orang terpelajar yang tidak tahu
jalan”.

Lebih
baik menjadi orang bodoh tapi berhati baik dan berkepribadian mulia daripada
menjadi orang pintar yang memiliki hati yang busuk dan berkepribadian buruk.


25
Ramadhan 1441  

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top